Monday, June 15, 2009

BAB 7 – Apa Nama Permainan Anda? (bag.1)

Persekongkolan Orang Kaya

8 ATURAN BARU MENGENAI UANG

oleh Robert Kiyosaki

BAB 7 – Apa Nama Permainan Anda?


Pertanyaan: “Apa saran yang anda miliki untuk orang yang biasa-biasa saja?”

Jawaban: “Jangan biasa-biasa saja.”

Aturan 90-10

Kebanyakan dari kita perna mendengar apa yang biasanya di maksudn dengan aturan 80-20. Prinsipnya maksud pernyataan itu dalam semua kejadian, bahwa 80 persen dari dampak yang ada berasal dari 20 persen penyebab. Hal ini dikenal sebagai hukum Pareto, the rule of the vital few (hukum golongan kecil yang sangat penting). Diberi nama sesuai dengan ahli ekonomi Italia, Vilfredo Pareto, yang menyadari bahwa 80 persen dari tanah di Italia dimiliki oleh 20 persen dari masyarakat yang ada – golongan kecil yang sangat penting. Dalam dunia bisnis, satu hukum yang patut diacungkan jempol adalah bahwa 80 persen dari usaya anda datang dari 20 persen dari pelanggan anda. – jadi pelihara mereka dengan baik.

Ayah kaya saya melangkah lebih jauh lagi dengan hukum ini. Dia percaya bahwa, “Sembilan puluh persen dari semua uang yang ada dimiliki oleh 10 persen orang.” Dia menyebutnya aturan uang 90-10. Sebagai contoh, jika anda bermain golf, saya hendak berkata bahwa 10 persen dari para pemain golf memiliki 90 persen uang yang ada. Di Amerika saat ini, sekitar 90 persen dari kekayaan yang ada dimiliki oleh 10 persen orang.

Nasihat finansial untuk Orang yang Biasa-biasa

Satu alasan mengapa 90 persen masyarakat biasa-biasa saja secara finansial adalah karna mereka mengikuti nasihat yang rata-rata saja, sebagai contoh:

1. “Pergi ke sekolah”

2. “Dapatkan sebuah pekerjaan.”

3. “Bekerja keras.”

4. “Menabung.”

5. “Rumah anda adalah sebuah aset dan investasi terbesar anda.”

6. “Hidup dibawah kemampuan anda.”

7. “Jangan pernah berutang.”

8. “Berinvestasi untuk jangka panjang pada portfolio saham, obligasi, dan reksa dana yang beraneka ragam.”

9. “Pensiun, dan pemerintah akan menopang anda.”

10. “Hidup bahagia selamanya.”

Dongeng mengenai Uang

Saya lah yang menambahkan, “Hidup bahagia selamanya,” karena saya menyebut saran finansial di atas dongeng mengenai uang. Dan semua orang tahu bahwa orang hidup bahagia selamanya hanya ada di dalam dongeng. Ada beberapa dongeng yang diyakini oleh generasi Perang Dunia II. Tapi dongeng-dongeng ini tidak nyata.

Banyak orang seumuran saya, generasi Vietnam, berada dalam masalah saat ini karena mereka percaya dengan dongeng ini, termasuk beberapa kawan saya yang pernah sangat sukses tapi sekarang berada dalam masalah besar. Banyak kawan-kawan baby boomer saya sedang berharap dan berdoa pasar modal akan kembali naik agar mereka dapat memenuhi kebutuhan masa pensiun mereka.

Saat ini, banyak anak-anak perkuliahan takut jika mereka tidak akan mendapat pekerjaan ketika mereka meninggalkan bangku sekolah. Mereka juga percaya dengan dongen tersebut, terutama “Pergi ke sekolah!” dan “Dapatkan sebuah pekerjaan.”

Persekongkolan yang ada ingin kita percaya terhadap kesepuluh dongeng tersebut. Dengan mengikuti dongeng tersebut, 90 persen dari kita ingin menjadi bidak catur dalam permainan orang-kaya. Sebagian besar orang hanya percaya kesepuluh dongeng tersebut, bukan kenyataan dari uangnya, dan karena itu hanya sedikit orang tahu nama permainan itu.

Apakah Nama Permainan tersebut

Bagi mereka yang membangun persekongkolan, nama dari permainan itu adalah cash flow (aliran kas) – untuk menjadi 10 persen yang mengumpulkan aliran kas dari 90 persen sisanya. Para persekongkol ingin anda percaya pada kesepuluh dongeng tersebut karena dengan begitulah uang kas mengalir dari anda kepada mereka.

Sekarang, saya dapat mendengar anda berkata, “Curang! Yang sedang anda lakukan adalah mempromosikan permainan Cashflow milik anda sendiri.” Dan saya memang mempromosikan permainan saya. Saya bangga dengan permainan dan penghargaan yang diterimanya. Kenyataannya, permainan itu disebut Monopoli di atas steroids. Tapi, Cashfow bukan hanya permainan papan biasa; itu benar-benar permainan persekongkolan. Tujuan akhir dari persekongkolan adalah mendapatkan uang anda mengalir dari kantong anda ke dalam kantong para persekongkol.

Persis seperti ikan tidak dapat melihat air, kebanyakan orang tidak dapat melihat persekongkolan. Tapi, persis sama seperti ikan dipenuhi oleh air, kita semua tenggelam di dalam persekongkolan. Kaya dan miskin, terpelajar maupun tidak, bekerja maupun pengangguran, kita semua terlibat dalam permainan cash flow. Perbedaannya adalah beberapa orang memainkan permainannya, dan beberapa yang lainnya adalah bidak dalam permainan tersebut.

Untuk membantu anda lebih mengerti dengan permainan cash flow, berikut ini beberapa contoh bagaimana permainan ini dimainkan dalam dunia nyata.

Contoh #1: Pendidikan yang bagus itu belum cukup. Banyak pelajar, atau orang tua mereka, benar-benar terjerumus dalam utang berupa pinjaman pendidikan. Sebagai tambahan, di universitas, para pelajar dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu kredit, yang berkontribusi kepada utang buruk yang lebih banyak lagi. Ketika seorang pelajar mengambil pinjaman dan menandatangani kartu kredit, uang mengalir dari kantong para pelajar bertahun-tahun untuk membayar lunas utang pinjaman dan tagihan kartu kredit. Persekongkolan yang ada mencintai para pelajar karena para pelajar merupakan sumber aliran kas yang sangat berlimpah. Mereka biasanya berlaku tidak tahu menahu dengan urusan finansial dan seringkali berpikir bahwa kartu kredit adalah uang gratisan. Banyak pelajar yang belajar bahwa hal tersebut bukannya jalan yang benar-benar berat – dan yang jelas, sebagian besar lainnya tidak pernah belajar mengenai hal tersebut. Sekolah adalah tempat baik untuk melatih orang untuk memiliki aliran uang yang keluar dari kantong mereka dan masuk ke dalam kantong orang-orang kaya.

Para pelajar-pelajar yang lulus berada dalam beban utang yang sangat besar, masuk ke dalam pasar pekerjaan, mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus, mengumpulkan lebih banyak utang lagi, dan melihat aliran uang mereka masuk ke pemerintah melalui pajak penghasilan. Semakin banyak mereka penghasilan mereka semakin tinggi persentase pajak yang harus mereka bayar. Untuk menyimpan uang, mereka makan McDonalds, danaliran uang masuk ke McDonalds. Mereka memasukkan gaji mereka di bank mereka, dan aliran uang masuk ke dalam bank dalam bentuk biaya setiap kali mereka menggunakan ATM untuk mendapatkan uang mereka sendiri. Mereka membeli sebuah mobil, dan aliran uang masuk ke perusahaan mobil, perusahaan pemberi kredit, industri perminyakan, asuransi kendaraan, dan, tentu saja, pemerintah untuk ijin mengemudi kendaraan. Mereka membeli sebuah rumah, dan aliran uang keluar dari kantong mereka untuk membayar hipotek, asuransi, TV kabel, air, pemanas, listrik, dan pemerintah untuk pajak perumahan. Setiap bulan aliran uang menuju Wall Street untuk berinvestasi dalam bentuk reksa dana untuk dana rencana pensiun, dan aliran uang dari dana reksa menuju pengelolah modal dalam bentuk komisi dan biaya-biaya. Dikemudian hari dalam hidupnya, ketika orang-orang menjadi tua dan lemah, aliran uang menuju perawatan di rumah. Dan ketika mereka mati, ada aliran uang untuk membayar pajak atas apa yang mereka tinggalkan. Bagi sebagian besar orang, seluruh hidupnya dia mengeluarkan uang berusaha untuk berjuang keras untuk memenuhi pengeluaran aliran uangnya.

Alasan mengapa 90 persen orang bersusah payah secara finansial adalah karena uang tunai selalu mengalir keluar untuk orang lain atau sesuatu yang lain – mengalir menuju 10 persen mereka yang tahu nama dari permainan tersebut. Semakin keras mereka yang termasuk dalam 90 persen itu bekerja dan semakin banyak yang diperolehnya maka semakin banyak aliran uang menuju 10 persen orang sisanya.

Ini adalah cerita mengenai ayah miskin saya. Dia bekerja sangat keras. Dia sekolah lagi untuk gelar yang lebih tinggi dan pelatihan-pelatihan khusus. Dia menghasilkan lebih banyak uang dan menyimpan beberapa darinya, tapi dia tidak dapat mengatur aliran uang yang keluar tersebut. Ketika dia kehilangan pekerjaan dan dipaksa untuk berhenti bekerja, tidak ada uang yang mengalir ke dalam – namun, dia masih punya tanggung jawab untuk aliran uang keluarnya. Dia akan berada dalam masalah finansial.

Sekolah tidak mengajar anak-anak mengenai aliran kas. Jika sekolah memang memiliki kelas pendidikan finansial, mereka biasanya hanya mengajar anak-anak untuk menyimpan uang di bank dan berinvestasi pada reksa dana – sekali lagi, mengajarkan mereka untuk mengirimkan uang tunai mereka kepada orang kaya.

Jika saya menjalankan sistem sekolah ini, saya ingin memiliki kelas yang mengajarkan bagaimana mengatur aliran kas keluar dan bagaimana menghasilkan aliran kas yang masuk. Konsep ini akan dibahas jauh lebih dalam dalam bab-bab berikutnya.

Contoh#2: Mana yang datang duluan, telpon seluler atau aliran uang tunai? Jawabannya, tentu saja, aliran uang tunai. Tidak mungkin ada telpon seluler tanpa aliran uang tunai – tidak perduli seberapa bergunanya barang itu. Aliran uang tunai adalah satu-satunya kekuatan penggerak dibalik penemuan yang ada. Sekali seorang investor menyadari adanya kesempatan menghadirkan telepon seluler untuk menghasilkan aliran uang tunai, uang akan diberikan untuk pengembangan jaringan telpon seluler secara global. Tanpa adanya kesempatan untuk menghasilkan aliran kas, tidak ada seorangpun yang akan tertarik mengembangkan jaringan tersebut.

Setiap kali anda menggunakan telpon selular anda, aliran uang mengalir dari dompet anda kepada bisnis telpon seluler. Mereka menjalankan bisnis telpon seluler, tapi nama dari permainan itu adalah aliran uang tunai (cash flow).

Saat ini, banyak produk-produk hebat, pelayanan, atau bisnis yang dapat menyelamatkan dunia, tapi tanpa aliran uang tunai dari konsumen kepada yang kaya, produk-produk atau bisnis-bisnis tersebut tidak punya modal. Jika anda hendak meluncurkan produk baru atau memulai bisnis baru, anda harus sangat memperhatikan alliran uangnya. Jika bisnis anda hanya mampu menghasilkan aliran uang yang cukup untuk diri anda sendiri, kesempatannya adalah bisnis and tidak akan bertumbuh atau menarik para investor.

berlanjut ke: BAB 7 – Apa Nama Permainan Anda? (bag.2)...

No comments:

Post a Comment